LAPORAN PEMERIKSAAN SALMONELLA, VIBRIO CHOLERA, SHIGELLA, DAN E.COLI PADA MAKANAN



MATA KULIAH : PENYEHATAN MAKANAN DAN MINUMAN
DOSEN                : KHIKI PURNAWATI KASIM, SST.,M.Kes


LAPORAN
“PEMERIKSAAN SALMONELLA, VIBRIO CHOLERA, SHIGELLA, DAN E.COLI”








DISUSUN OLEH :
MARIA MARGARETA A
PO.71.4.221.161.023
D.IV/II.A

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PRORGAM STUDI D.IV
2018


KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga laporan ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa saya juga mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
      Harapan saya semoga laporan ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi laporan agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, Saya yakin masih banyak kekurangan dalam laporan ini. Oleh karena itu saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan laporan ini.
Makassar, 15 April 2018

Penyusun











DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………………i
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….ii
DAFTAR ISI…….………………………………..………………………………iii
BAB  I      Pendahuluan…………………………………………………………...1
    1.    Latar Belakang…………………………….………………….....1
    2.    Rumusan Masalah………….…………………………………....1
    3.    Tujuan ..…………..…………………………………………......2
BAB II      Tinjauan Pustaka.………..…………...………………………………..3
                  2.1    Bakteri Salmonella ………………………………………………3
                  2.2    Bakteri Vibrio cholera ……… …...………..…...……………….3
                  2.3    Bakteri Shigella ….……………...………….………………..….4
                  2.4    Bakteri Coliform ………………………………………………...5
BAB III    Metodeologi Praktikum ..…………………………………….………..7
                  3.1    Waktu dan Tempat ……..…..……………………………………7
                  3.2    Alat, Bahan, dan Prosedur Kerja ………………………………..7
BAB IV    Hasil dan Pembahasan ……………………………………….………20
                  4.1    Hasil ………...………………………………………………….20
                  4.2    Analisa Hasil ...…………………………………………………22
BAB V      Penutup……………………………………………………….………25
                  5.1    Kesimpulan…………………………………………………….25
                  5.2    Saran……………………………………………………………25
DAFTAR PUSTAKA ……………………………...…………………………….26










BAB I

PENDAHULUAN



    1. Latar Belakang
      Pangan dan makanan mempunyai fungsi yang sangat amat penting untuk manusia karena merupakan kebutuhan utama dan menentukan kelangsungan hidup manusia. Hal atas pangan adalah hak asasi paling penting setelah hidup. Oleh karena itu setiapa manusia berhak atas pengan yang memadai baik kualitas maupun kuantitasnya.
      Bakteri dengan bebas berada di sekitar makan baik itu bakteri yang tidak membawah dampak bagi yang mengkonsumsi maupn bakteri pathogen. Dengan adanya bakteri ini terutama bakteri pathogen tentu akan mengurangi kualitas makanan, sehingga akan memberikan dampak bagi konsumen.
      Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui kualitas makanan dari segi kesehatannya adalah dengan diadakan pemeriksaan jenis-jenis bakteri yang sering mengkontaminasi pangan.

Bakteri seperti Eschericia coli, Enterrobacter aerogenes, Salmonella, Shigella, dan Vibrio cholera sering kali mencemari pangan. Bakteri tersebut di sebarkan melalui perairan dan peralatan yang terkontaminasi serta dapat disebarkan oleh hewan seperti lalat, kecoa, dan tikus. Keberadaan bakteri tersebur pada makanan menunjukkan proses pengolahan dengan sanitasi buruk dan tidak hygiene. Sehingga penting untuk melakukan pememriksaan terhadapa keberadaan bakteri Eschericia coli, Enterrobacter aerogenes, Salmonella, Shigella, dan Vibrio cholera.



    1. Rumusan Masalah

  1. Bagaimana cara pemeriksaan kandungan Salmonella, Vibrio cholera, Shigella, dan E.coli pada makanan?
  2. Apakah makan yang diperiksa mengandung Salmonella, Vibrio cholera, Shigella, dan E.coli?
  3. Apakah layak atau tidaknya makanan tersebut untuk dikonsumsi?


    1. Tujuan

  1. Mengetahui cara pemeriksaan kandungan Salmonella, Vibrio cholera, Shigella, dan E.coli pada makanan.
  2. Mengetahui makanan yang diperiksa mengandung Salmonella, Vibrio cholera, Shigella, dan E.coli.
  3. Mengetahui layak atau tidaknya makanan tersebut untuk dikonsumsi.


































BAB II

TINJAUN PUSTAKA



2.1 Bakteri Salmonella

Salmonella merupakan kuman berbentuk batang, tidak berspora, dan pada pewarnaan gram negatif. Mempunyai ukuran 1-3,5πm x 0,5-0,8πm. Salmonella dapat tumbuh cepat pada mediayang sederhana tapi mereka hamper tidak pernah mempermentasi laktosa atau sukrosa. Salmonella biasanya akan memberikan sifat positif dengan mengeluarkan bau gas H2S dan adanya gelembung pada tabung reaksi. Dan Salmonella tahan dalam air yang membeku pada periode yang lama, dan Salmonella pun tahan terhadap bahan kimia tertentu.

Salmonella merupakan bakteri gram negatif yang menyebabkan penyakit demam typoid, yaitu penyakit infeksi yang disebabkan oleh Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi, yang memunyai tanda-tanda khas berupa perjalan yang cepat yaitu berlangsung lebih kurang 3 minggu disertai demam, toksemia, gejala-gejala perut, pembesaran limpa dan erupsi kulit. Dan penyakit tifus (Typhus Abdominalis) adalah infeksi penyakit aakut yang biasanya terdapat pada saluran cerna dengan gejala demam lebih dari satu minggu dan terapat gangguan kesadaran. Selain itu Salmonella mungkin paling dikenal sebagai penyebab keracunan makanan bekateri.

Salmonella banyak banyak ditemui pada makanan-makanan yang tidak dibuat atau diproduksi secara higiens, oleh karena itu sebaiknya kita menghindari ataupun mengurangi makanan yang kurang higienis.



2.2 Bakteri Vibrio cholera

Bakteri Vibrio sp adalah jenis bakteri yang dapat hidup pada salinitas yang relative tinggi. Menurut rheinheiner (1985) cit. herawati (1996), sebagian besar bakteri berpendar bersifat halofilik yang tumbuh optimal pada air laut bersalinitas 20-40%. Vibrio termasuk bakteri anaerobic fakultatif, yaitu dapat hidup baik dengan atau tanpa ooksigen. Bakteri Vibrio tumbuh pada pH 4-9 dan tumbuh optimal pada pH 6,5-8,5 ata kondisi alkali dengan pH 9,0.

Vibrio sp merupakan salah satu bakteri pathogen yang tergolong dalam divisi bakteri, klas Schizomicetes, ordo Eubacterialis, family Vibrionaceae. Bakteri ini bersifat gram nnegatif, fakultatif anaerob, fermentatif, bentuk sel batang dengan ukuran Panjang antara 2-3 πm, menghasilkan katalase dan oksidase dan bergerak dengan satu flagella pada ujung sel.

Pencemaran limbah dalam suatu perairan mempunyai hubungan dengan jenis atau jumlah mikroorganisme dalam perairan tersebut, air buangan desa dan kota yang berpenduduk padat tidak hanya meningkatkan pertumbuhan bakteri  koliform akan tetapi juga meningkatkan jumlah bakteri pathogen seperti Salmonalla, Shigella, dan Vibrio cholera.

Infeksi pada luka mungkin ringan tetepi sering berlanjut dengan cepat (setelah beberapa jam), dengan perkembangan lesi kulit bullous, selulitis, dan myositis dengan nekrosis. Karena cepatnya kemajuan dari infeksi, maka diperlukan pengobatan antibiotik sesuai sebelum konfirmasi dengan kultur didapat. Diagnosa didapat melalui kultur orgnisme pada media laboratorium standar.



2.3 Bakteri Shigella

Shigella adalah kuman pathogen usus yang telah lama dikenal sebagai agen penyebab penyakit disentri basiller. Berada dalam tribe Escherichia karena sifat genetic yang saling berhubungan, tetapi dimasukkan dalam genus tersendiri yaitu genus Shigella karena gejala klinik yang disebabkannya bersifat khas. Sampai saat ini terdapat 4 spesies Shigella yaitu, Shigella dysentriae, Shigella flexneri, Shigella boydii, dan Shigella sonnei.

Shigella adalah bakteri berbentuk batang, berukuran 0,5-0,7 πm x 2-3 πm, pada pewarnaan gram bersifat negatif gram, tidak berflagel. Fisiologis sifat pertumbuhan adalah aerob dan fakultatif anaerob, pH pertumbuhan 6,4-7,8, suhu pertumbuhan optimum 37°C, kecuali S.sonnei dapat tumbuh pada suhu 45°C. sifat biokimia yang khas adalah negatif pada reaksi fermentasi adenitol, tidak membentuk gas pada fermentasi glukkosa, tidak membentuk H2S kecuali S.fleneri, negative terhadapa sitrat, DNase, lisin, fenilalanin, sukrosa, urease, VP, mannitol, laktoda kecuali S,sonnei meragi laktosa secara lambat, mannitol, xylose dan negative pada tes motilitas. Sifat koloni bakteri adalah sebagai beriku: kecil, halus, tidak berwarna.



2.4 Bakteri Coliform

Bakteri coliform adalah golongan bakteri intestinal, yaitu hidup dalam saluran pencernaan manusia. Bakteri coliform adalah bakteri indicator keberadaan bakteri patogenik lain. Lebih tepatnya sebenarnya, bakteri bakteri coliform fekal adalah bakteri indikator adanya pencemaran bakteri pathogen. Penentuan coliform fekl menjai indicator pencemaran dikarenakan jumlah koleninya pasti berkorelasi positif dengan keberadaan bakteri pathogen. Selain itu, mendeteksi Coliform jauh lebih murah, cepat, dan sederhana daripada mendeteksi bakteri petogenik lain.

Contoh bakteri coliform adalah khususnya Esherichia coli. Esherichia coli hidup pada saluran pencernaan manusia dan hewan berdarah panas. Apabilan bakteri berbentuk coli terdapat dalam air yang diperiksa, berarti bahwa air tersebut telah tercemar oleh kotoran yang berasal dari manusia atau hewan berdarah panas, sehingga makan atau minuman tersebut kemungkinan pula mengandung bakter-bakteri yang berasal dari kotoran tersebut, dengan kata lain adanya bakteri coli  merupakan suatu indicator bahwa makanan atau minuman tersebut tidak aman untuk dikonsumsi.

E.coli dalam jumlah yang banyak bersama-sama tinja, akan mencemari lingkungan. E.coli thermotouleran adalah  Staraint E.coli yang telah dapat hidup pada suhu biakan 44,5°C dan merupakan indicator pencemaran air dan makanan oleh tinja. E.coli merupakan bakteri gram negative, tidak berka[sul umumnya mempunyai fimbria dan bersifat motile. Bakteri mampu meragi lktosa dengan cepat sehingga pada agar EMB membentuk koloni merah muda sampai tua dengan kilatan logam yang spesifik, dan permukaan halus. E.coli  adalah gram-negatif, anaerobik fakultatif dan non spora. Sel-sel biasanya berbentuk batang yang panjangnya sekitar 2 mikrometer (πm) dan diameternya 0.5 πm r, dengan volume sel 0,6-0,7 πm 3. E.coli dapat hidup diberbagai substrat, E.coli menggunakan fermentasi asam campuran dalam kondisi anaerobik, menghasilkan laktar, suksinat, etanol, asetat. Dan karbondioksida.





























BAB III

METODEOLOGI PRAKTIKUM



3.1 Waktu dan Tempat

Adapun waktu dan tempat praktikum adalah:

Hari, tanggal         : Senin – Kamis, 2 – 5 April 2018

Waktu                   : 09:00 - selesai

Tempat                  : Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Makassar



3.2 Alat, Bahan, dan Prosedur Kerja

  1. Pemeriksaan Kandungan Salmonella Pada Makanan

  1. Alat

  1. Timbangan digital
  2. Incubator
  3. Tabung reaksi
  4. Tabung durham
  5. Pipet ukur
  6. Lampu spritus
  7. Ose
  8. Beacker glass
  9. Gelas ukur
  10. Autoclave
  11. Plastik
  12. Balp
  13. Rak tabung


  1. Bahan

  1. Sampel makanan (es teler)
  2. Aquadest
  3. Alkohol
  4. Media Lactose broth
  5. Media Endo agar
  6. Media gula-gula
  7. Media TSIA


  1. Prosedur Kerja
    Hari I

  1. Sterilkan meja dan tangan sebelum melakukan praktikum, siapkan alat dan media lactose broth
  2. Timbang sampel sebanyak 10 gram, lalu masukkan kedalam wadah plastik steril dan hancurkan
  3.  Encerkan sampel dengan aquadesh 90 ml, apabila sampel berkuah maka aquadesh digantikan dengan kuah dari sampel
    (untuk sampel es teler, diambil isinya sebanyak 10 gram dan diencerkan dengan air dari es teler sebanyak 90 ml, yang ikur menggunakan gelas ukur yang telah dibilas dengan air panas)
  4. Nyalahkan lampu spritus
  5. Pipet 1 ml sampel lalu masukkan kedalam tabung reaksi yang berisi media lactose broth, planbir bibir tabung sebelum dan sesudah memasukkan sampel.
  6. Kemudian inkubasi di dalam incubator selama 1 x 24 jam pada suhu 37°C.

Hari II

  1. Keluarkan media Lactoca broth yang telah diinkubasikan selama 1 x 24 jam dari incubator
  2. Lakukan pembacaan, apabila media Lactosa broth mengalami perubahan warna dari jernih menjadi keruh dan ada gas dalam tabung durham maka dicurigai terdapat Salmonella.
  3. Siapkan media Endo agar dan nyalahkan lampus spritus
  4. Apabila positif (dicurigai terdapat Salmonella), panaskan mata ose hingga pijar, tunggu beberapa saat kemudian ambil 1-2 mata ose pada media sebelumnya (Lacktosa broth) lalu goreskan pada media Endo agar, dengan membentuk zigzag 4 kuadran.
  5. Kemudian inkubasikan selama 1 x 24 jam pada suhu 37°C

Hari III

  1. Keluarkan media Endo agar yang telah diinkubasikan selama 1 x 24 jam dari incubator
  2. Lakukan pembacaan, apabila pada media Endo agar terdapat koloni berwarna metalik merah dan media berwarna gelap, maka pemeriksaan dilanjutkan dengan media gula-gula dan TSIA.
  3. Siapkan media gula-gula dan TSIA, dan nyalahkan lampu spritus
  4. Panaskan mata ose hingga pijar dan tunggu beberapa saat
  5. Ambil 1-2 mata ose pada media sebelumnya (Endo agar) yang diperkirakan terdapat koloni (yang berwarna metalik merah)

  1. Pindahkan ke media gula-gula, media gula-gula pertama (Maltosa). planbir bibir tabung sebelum dan sesudah memasukkan mata ose.
  2. Lalu pindahkan ose dari media gula-gula pertama (maltose) ke media gula-gula kedua (manit), planbir bibir tabung sebelum dan sesudah memasukkan mata ose.
  3. Kemudian ke media gula-gula ketiga (Sakarose), keempat (Laktose), dan kelima (Glukose), planbir bibir tabung sebelum dan sesudah memasukkan mata ose.

  1. Selanjutnya pindahkan ose ke media TSIA, 1-2 ose
  2. Planbir bibir tabung dan goreskan secara zigzag pada lerng dan tusuk hingga ke dasar, lalu tarik ose dengan hati-hati
  3. Inkubasikan selama 1 x 24 jam pada suhu 37°C didalam incubator.

Hari IV

  1. Keluarkan media gula-gula dan TSIA yang telah diinkubasikan selama 1 x 24 jam dari incubator
  2. Lakukan pembacaan dengan menghubungkan pada table untuk menentukan jenis bakteri pada media gula-gula (Mal, Manit, Sac, Lak, Glu). Apabila terjadi perubahan warna dari biru menjadi kuning dan terdapat gelembung gas dalam tabung durham maka +AG, apabila hanya terjadi perubahan warna saja tetapi tidak terdapat gelembung gas dalam tabung durham maka +A, dan apabila tidak terjadi perubahan warna tetapi ada gelembung gas makan +OAL.
  3. Pada media TSIA, apabila tusukan pertama ada warna hitam maka menandakan adanya gas H2S, pada lereng goresan zigzag berwarna merah, dan media berwarna kuning


  1. Pemeriksaan Kandungan Vibrio cholera pada Makanan

  1. Alat

  1. Timbangan digital
  2. Incubator
  3. Tabung reaksi
  4. Tabung durham
  5. Pipet ukur
  6. Lampu spritus
  7. Ose
  8. Beacker glass
  9. Gelas ukur
  10. Autoclave
  11. Plastik
  12. Balp
  13. Rak tabung

  1. Bahan

  1. Sampel makanan (es teler)
  2. Aquadest
  3. Alkohol
  4. Media Pepton alkalis
  5. Media TCBS
  6. Media gula-gula
  7. Media TSIA


  1. Prosedur Kerja
    Hari I

  1. Sterilkan meja dan tangan sebelum melakukan praktikum, siapkan alat dan Pepton
  2. Timbang sampel sebanyak 10 gram, lalu masukkan kedalam wadah plastik steril dan hancurkan
  3. Encerkan sampel dengan aquadesh 90 ml, apabila sampel berkuah maka aquadesh digantikan dengan kuah dari sampel
    (untuk sampel es teler, diambil isinya sebanyak 10 gram dan diencerkan dengan air dari es teler sebanyak 90 ml, yang ikur menggunakan gelas ukur yang telah dibilas dengan air panas)
  4. Nyalahkan lampu spritus
  5. Pipet 1 ml sampel lalu masukkan kedalam tabung reaksi yang berisi media Pepton alkalis, planbir bibir tabung sebelum dan sesudah memasukkan sampel.
  6. Kemudian inkubasi di dalam incubator selama 1 x 24 jam pada suhu 37°C.

Hari II

  1. Keluarkan media Pepton alkalis yang telah diinkubasikan selama 1 x 24 jam dari incubator

  1. Lakukan pembacaan, apabila media Pepton alkalis mengalami perubahan warna menjadi keruh dan ada gas dalam tabung durham maka dicurigai terdapat Vibrio.
  2. Siapkan media TCBS dan nyalahkan lampus spritus
  3. Apabila positif (dicurigai terdapat Vibrio), panaskan mata ose hingga pijar, tunggu beberapa saat kemudian ambil 1-2 mata ose pada media sebelumnya (Pepton alkalis) lalu goreskan pada media TCBS, dengan membentuk zigzag 4 kuadran.
  4. Kemudian inkubasikan selama 1 x 24 jam pada suhu 37°C.

Hari III

  1. Keluarkan media TCBS yang telah diinkubasikan selama 1 x 24 jam dari incubator
  2. Lakukan pembacaan, apabila pada media TCBS terdapat koloni berwarna kuning, maka pemeriksaan dilanjutkan dengan media gula-gula dan TSIA.
  3. Siapkan media gula-gula dan TSIA, dan nyalahkan lampu spritus
  4. Panaskan mata ose hingga pijar dan tunggu beberapa saat.
  5. Ambil 1-2 mata ose pada media sebelumnya (TCBS) yang diperkirakan terdapat koloni (yang berwarna kuning).
  6. Pindahkan ke media gula-gula, media gula-gula pertama (Maltosa). planbir bibir tabung sebelum dan sesudah memasukkan mata ose.
  7. Lalu pindahkan ose dari media gula-gula pertama (maltose) ke media gula-gula kedua (manit), planbir bibir tabung sebelum dan sesudah memasukkan mata ose.
  8. Kemudian ke media gula-gula ketiga (Sakarose), keempat (Laktose), dan kelima (Glukose), planbir bibir tabung sebelum dan sesudah memasukkan mata ose.
  9. Selanjutnya pindahkan ose ke media TSIA, 1-2 ose
  10. Planbir bibir tabung dan goreskan secara zigzag pada lerng dan tusuk hingga ke dasar, lalu tarik ose dengan hati-hati
  11. Inkubasikan selama 1 x 24 jam pada suhu 37°C didalam incubator.

Hari IV

  1. Keluarkan media gula-gula dan TSIA yang telah diinkubasikan selama 1 x 24 jam dari incubator
  2. Lakukan pembacaan dengan menghubungkan pada table untuk menentukan jenis bakteri pada media gula-gula (Mal, Manit, Sac, Lak, Glu). Apabila terjadi perubahan warna dari biru menjadi kuning dan terdapat gelembung gas dalam tabung durham maka +AG, apabila hanya terjadi perubahan warna saja tetapi tidak terdapat gelembung gas dalam tabung durham maka +A, dan apabila tidak terjadi perubahan warna tetapi ada gelembung gas makan +OAL.
  3. Pada media TSIA, apabila tusukan pertama ada warna hitam maka menandakan adanya gas H2S, pada lereng goresan zigzag berwarna merah, dan media berwarna kuning


  1. Pemeriksaan Kandungan Shigella pada Makanan

  1. Alat

  1. Timbangan digital
  2. Incubator
  3. Tabung reaksi
  4. Tabung durham
  5. Pipet ukur
  6. Lampu spritus
  7. Ose
  8. Beacker glass
  9. Gelas ukur
  10. Autoclave
  11. Plastik
  12. Balp
  13. Rak tabung  

  1. Bahan

  1. Sampel makanan (es teler)
  2. Aquadest
  3. Alkohol
  4. Media SS agar
  5. Media gula-gula
  6. Media TSIA


  1. Prosedur Kerja
    Hari I

  1. Sterilkan meja dan tangan sebelum melakukan praktikum, siapkan alat dan media SS agar.
  2. Timbang sampel sebanyak 10 gram, lalu masukkan kedalam wadah plastik steril dan hancurkan.
  3. Encerkan sampel dengan aquadesh 90 ml, apabila sampel berkuah maka aquadesh digantikan dengan kuah dari sampel
    (untuk sampel es teler, diambil isinya sebanyak 10 gram dan diencerkan dengan air dari es teler sebanyak 90 ml, yang ikur menggunakan gelas ukur yang telah dibilas dengan air panas)
  4. Nyalahkan lampu spritus, panaskan ose hingga pijar dan diamkan beberapa saat.
  5. Ambil 1-2 mata ose sampel, buka tutup petridish lalu goreskan membentuk zigzag 4 kuadran.
  6. Kemudian inkubasi di dalam incubator selama 1 x 24 jam pada suhu 37°C.

Hari II

  1. Keluarkan media SS agar yang telah diinkubasikan selama 1 x 24 jam dari incubator.
  2. Lakukan pembacaan, apabila media SS agar terdapat pertumbuhan koloni dengan warna bening/jernih maka pemeriksaan dilanjutkan dengan media TSIA.
  3. Siapkan media TSIA dan nyalahkan lampus spritus.
  4. Apabila positif (dicurigai terdapat Shigella), panaskan mata ose hingga pijar, tunggu beberapa saat kemudian ambil 1-2 mata ose pada media sebelumnya (SS agar) yang diperkirakan terdapat koloni lalu goreskan secara zigzag pada lereng media TSIA dan tusuk hinga dasar, lalu tarik ose keatas dengan hati-hati. Planbir mulut tabung sebelum dan sesudah memasukkan ose.
  5. Kemudian inkubasikan selama 1 x 24 jam pada suhu 37°C.

Hari III

  1. Keluarkan media TSIA yang telah diinkubasikan selama 1 x 24 jam dari incubator
  2. Lakukan pembacaan, apabila pada media TSIA terjadi perubahan warna pada lereng menjadi merah rose, dasar kuning dan tidak terdapat gas, tusukan berwarna hitam maka psotif, kemudian dilanjutkan pada dengan media gula-gula.
  3. Siapkan media gula-gula dan nyalahkan lampu spritus.
  4. Panaskan mata ose hingga pijar dan tunggu beberapa saat.
  5. Ambil 1-2 mata ose pada media sebelumnya (TSIA) yang diperkirakan terdapat koloni.
  6. Pindahkan ke media gula-gula, media gula-gula pertama (Maltosa). planbir bibir tabung sebelum dan sesudah memasukkan mata ose.
  7. Lalu pindahkan ose dari media gula-gula pertama (maltose) ke media gula-gula kedua (manit), planbir bibir tabung sebelum dan sesudah memasukkan mata ose.
  8. Kemudian ke media gula-gula ketiga (Sakarose), keempat (Laktose), dan kelima (Glukose), planbir bibir tabung sebelum dan sesudah memasukkan mata ose.
  9. Inkubasikan selama 1 x 24 jam pada suhu 37°C didalam incubator.

Hari IV

  1. Keluarkan media gula-gula yang telah diinkubasikan selama 1 x 24 jam dari incubator
  2. Lakukan pembacaan dengan menghubungkan pada table untuk menentukan jenis bakteri pada media gula-gula (Mal, Manit, Sac, Lak, Glu). Apabila terjadi perubahan warna dari biru menjadi kuning dan terdapat gelembung gas dalam tabung durham maka +AG, apabila hanya terjadi perubahan warna saja tetapi tidak terdapat gelembung gas dalam tabung durham maka +A, dan apabila tidak terjadi perubahan warna tetapi ada gelembung gas makan +OAL.


  1. Pemeriksaan Kandungan E.coli Pada Makanan

  1. Alat

  1. Timbangan digital
  2. Incubator
  3. Tabung reaksi
  4. Tabung durham
  5. Pipet ukur
  6. Lampu spritus
  7. Ose
  8. Beacker glass
  9. Gelas ukur
  10. Autoclave
  11. Plastik
  12. Balp
  13. Rak tabung


  1. Bahan

  1. Sampel makanan (es teler)
  2. Aquadest
  3. Alkohol
  4. Media EC Medium
  5. Media Endo agar
  6. Media gula-gula
  7. Media TSIA


  1. Prosedur Kerja
    Hari I

  1. Sterilkan meja dan tangan sebelum melakukan praktikum, siapkan alat dan media EC Medium.
  2. Timbang sampel sebanyak 10 gram, lalu masukkan kedalam wadah plastik steril dan hancurkan.
  3. Encerkan sampel dengan aquadesh 90 ml, apabila sampel berkuah maka aquadesh digantikan dengan kuah dari sampel.
    (untuk sampel es teler, diambil isinya sebanyak 10 gram dan diencerkan dengan air dari es teler sebanyak 90 ml, yang ikur menggunakan gelas ukur yang telah dibilas dengan air panas)
  4. Nyalahkan lampu spritus.
  5. Pipet 1 ml sampel lalu masukkan kedalam tabung reaksi yang berisi media EC Medium, planbir bibir tabung sebelum dan sesudah memasukkan sampel.
  6. Kemudian inkubasi di dalam incubator selama 1 x 24 jam pada suhu 37°C.

Hari II

  1. Keluarkan media EC Medium yang telah diinkubasikan selama 1 x 24 jam dari incubator.
  2. Lakukan pembacaan, apabila media EC Medium mengalami perubahan warna menjadi keruh dan ada gas dalam tabung durham maka dicurigai terdapat E.coli.
  3. Siapkan media Endo agar dan nyalahkan lampus spritus.
  4. Apabila positif (dicurigai terdapat E.coli), panaskan mata ose hingga pijar, tunggu beberapa saat kemudian ambil 1-2 mata ose pada media sebelumnya (Lacktosa broth) lalu goreskan pada media Endo agar, dengan membentuk zigzag 4 kuadran.
  5. Kemudian inkubasikan selama 1 x 24 jam pada suhu 37°C

Hari III

  1. Keluarkan media Endo agar yang telah diinkubasikan selama 1 x 24 jam dari incubator.
  2. Lakukan pembacaan, apabila pada media Endo agar terdapat koloni berwarna gelap dan ada kilatan logam, maka pemeriksaan dilanjutkan dengan media gula-gula dan TSIA.
  3. Siapkan media gula-gula dan TSIA, dan nyalahkan lampu spritus.
  4. Panaskan mata ose hingga pijar dan tunggu beberapa saat.
  5. Ambil 1-2 mata ose pada media sebelumnya (Endo agar) yang diperkirakan terdapat koloni (yang berwarna metalik merah).
  6. Pindahkan ke media gula-gula, media gula-gula pertama (Maltosa). planbir bibir tabung sebelum dan sesudah memasukkan mata ose.
  7. Lalu pindahkan ose dari media gula-gula pertama (maltose) ke media gula-gula kedua (manit), planbir bibir tabung sebelum dan sesudah memasukkan mata ose.
  8. Kemudian ke media gula-gula ketiga (Sakarose), keempat (Laktose), dan kelima (Glukose), planbir bibir tabung sebelum dan sesudah memasukkan mata ose.
  9. Selanjutnya pindahkan ose ke media TSIA, 1-2 ose.
  10. Planbir bibir tabung dan goreskan secara zigzag pada lerng dan tusuk hingga ke dasar, lalu tarik ose dengan hati-hati.
  11. Inkubasikan selama 1 x 24 jam pada suhu 37°C didalam incubator.

Hari IV

  1. Keluarkan media gula-gula dan TSIA yang telah diinkubasikan selama 1 x 24 jam dari incubator.
  2. Lakukan pembacaan dengan menghubungkan pada table untuk menentukan jenis bakteri pada media gula-gula (Mal, Manit, Sac, Lak, Glu). Apabila terjadi perubahan warna dari biru menjadi kuning dan terdapat gelembung gas dalam tabung durham maka +AG, apabila hanya terjadi perubahan warna saja tetapi tidak terdapat gelembung gas dalam tabung durham maka +A, dan apabila tidak terjadi perubahan warna tetapi ada gelembung gas makan +OAL.
  3. Pada media TSIA, apabila tusukan pertama ada warna hitam maka menandakan adanya gas H2S, pada lereng goresan zigzag berwarna merah, dan media berwarna kuning.




























BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN



    1. Hasil
      Adapun sampel yang digunakan adalah :

Keterangan
Sampel
Es Teler 77
Nama pengambil
Kelompok 6
Tanggal pengambilan
5 April 2018
Lokasi pengambilan
Jalan Singa



Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:



Pengamatan
Hari I
Hari II
Hari III
Hari IV
Parameter
Samonella
Media
Lactosa broth
Lactose broth
Endo agar
Media gula-gula dan TSIA
Hasil
-
Positif (+)
Positif (+)
Positif bakteri Enterobacter  aerogene
Ciri-ciri
-
Media keruh dan terdapat gelembung gas pada tabung durham
Media berwarna gelap dan warna metalik merah pada koloni
Semua media gula-gula berwarna keruh dan ada gelembung gas (+AG) dan pada media TSIA tidak ada warna hitam pada tusukan dan lereng tidak berubah warna.
Parameter
Vibrio cholera
Media
Pepton alkalis
Pepton alkalis
TCBS
Media gula-gula dan TSIA
Hasil
-
Negative (-)
Negative (-)
Negative (-)
Ciri-ciri
-
Tidak terjadi perubahan warna media tetapi sedikit keruh pada bagian bahwa
-
-
Parameter
Shigella
Media
SS Agar
SS Agar
TSIA
Media gula-gula
Hasil
-
Negative (-)
Negative (-)
Negative (-)
Ciri-ciri
-
Tidak ada perubahan warna pada media dan pada goresan
-
-
Parameter
E.coli
Media
EC Medium
EC Medium
Endo Agar
Media gula-gula dan TSIA
Hasil
-
Positif (+)
Positif (+)
Negatif E.coli
Ciri-cir

Media keruh dan terdapat gelembung gas pada tabung durham
Koloni berwarna gelap dan ada kilatan logam
Pada media glukosa keruh dan ada gelembung gas, sedangkan pada maltose, manit, sakarosa, dan lactose tidak terjadi perubahan warna dan tidak ada gelembung gas. Pada TSIA tidak ada warna hitam pada tusukan dan lereng tidak berubah warna.



    1. Analisa Hasil

  1. Pemeriksaan Salmonella
    Berdasarkan hasil pemeriksaan, sampel es teler negatif (-) Salmonella ditandai pada media TSIA tidak ada warna hitam pada tusukan yang berarti tidak adanya gas H2S yang dihasilkan. Tetapi es teler positif mengandung bakteri jenis lain yaitu Enterobacter aerogenes ditandai semua media gula-gula keruh dan terdapat gelebung gas pada tabung durham (+AG), dan tidak ada warna hitam pada tusukan yang berarti tidak adanya gas H2S yang dihasilkan. Bakteri Salmonella hidup dalam saluran pencernaan manusia dan hewan yang penyebaranya melalui perairan, peralatan yang terkontaminasi tinja. Tidak didapati bakteri Salmonella pada es teler ini berarti proses pengolah yang bersih, menggunakan air dan peralatan yang tidak terkontaminasi bakteri Salmonella. Meskipun ditempat berjualan dekat dengan selokan dan banyak lalat serta ditemukan rambut pada sampel es teler, tetapi sampel negatif Salmonella, karena kemasan tertutup sehingga tidak dihinggapi lalat dan tidak ada bakteri Salmonella pada rambut.
    Bakteri Enterobacter aerogenes berada dimana saja dilinkungan, ditemukan secaa alami di dalam tanah, air, saluran, kotoran manusia, dan hewan. Meskipun negatif Salmonella, tetapi masih satu family dengan Enterobacter aerogenes. Enterobacter aerogenes pada es teler diperkirakan berasal dari rambut yang jatuh kedalam sampel, dapat pula dari penjamah yang terkontaminasi bakteri tersebut dan dari buah-buahan yang digunakan sebagai bahan es teler.

  2. Pemeriksaan Vibrio Cholera
    Berdasarkan hasil pemeriksaan, sampel es teler negatif (-) mengandung bakteri Vibrio cholera, ditandai dengan tidak terjadinya perubahan warna pada media, tetapi sedikit keruh pada bagian bawah media pepton alkalis pada pemeriksaan hari pertama. Vibrio umunya ditemukan pada makanan hasil laut seperti udang, kepiting, ikan kering dan sebagainya. Vibrio cholera terjadi dikedua habitat air laut dan air tawar dengan asosiasi dengan hewan laut. Sedangkan sampel yang diperiksa adalah es teler yang berbahan buah-buahan dan sirup sehingga kemungkinan kecil terdapat bakteri Vibrio cholera pada sampel es teler.

  3. Pemeriksaan Shigella
    Berdasarkan hasil pemeriksaan, sampel es teler negatif (-) mengandung bakteri Shigella, ditandai pada hari pertama di media SS Agar tidk terjadi perubahan warna yang menandai adanya koloni. Shigella sering di temukan pada air yang tercemar kotoran manusia. Shigella disebarkan oleh lalat yang membawa bakteri Shigella, juga melalui tangan yang kotor yang tidak dicuci setelah BAB, makanan yang terkontaminasi tinja serta barang-barang lain yang terkontaminasi. Tidak didapati bakteri Shigella pada es teler ini berarti proses pengolah yang bersih, peralatan yang digunakan bebas kontaminasi bakteri Shigella. Meskipun ditempat berjualan dekat dengan selokan dan banyak lalat, tetapi sampel negatif Shigella, karena kemasan tertutup sehingga tidak dihinggapi lalat.

  4. Pemeriksaan E.coli
    Berdasarkan hasil pemeriksaan, sampel es teler negatif (-) E.coli ditandai pada media gula keruh dan ada gelembung gas hanya pada media glukosa (+AG). Tetapi es teler diduga mengandung bakteri jenis lain. Bakteri E.coli hidup dalam saluran pencernaan manusia dan hewan yang penyebaranya melalui perairan yang tercemar tinja atau air seni orang yang menderita infeksi pencernaan, tidak mencuci tangan setelah BAB, peralatan yang terkontaminasi tinja, dibawah oleh lalat, kecoa, tikus, rambut yang jatuh pada makanan. Tidak didapati bakteri E.coli pada es teler ini berarti proses pengolah yang bersih, menggunakan air dan peralatan yang tidak terkontaminasi bakteri E.coli. Meskipun ditempat berjualan dekat dengan selokan dan banyak lalat serta ditemukan rambut pada sampel es teler, tetapi sampel negatif E.coli, karena kemasan tertutup sehingga tidak dihinggapi lalat dan tidak ada bakteri E.coli pada rambut.
    Bakteri jenis lain yang ditemukan adalag bakteri Enterobacter aerogenes. Bakteri Enterobacter aerogenes berada dimana saja dilinkungan, ditemukan secaa alami di dalam tanah, air, saluran, kotoran manusia, dan hewan. Meskipun negatif Salmonella, tetapi masih satu family dengan Enterobacter aerogenes. Enterobacter aerogenes pada es teler diperkirakan berasal dari rambut yang jatuh kedalam sampel, dapat pula dari penjamah yang terkontaminasi bakteri tersebut dan dari buah-buahan yang digunakan sebagai bahan es teler.



















    BAB V
    PENUTUP

    5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pemeriksaan diperoleh es teler positif mengandung bakteri Enterobacter aerogenes. Es teles negatif bakteri Salmonella, E.coli, Shigella, dan Vibrio cholera. Sesuai Permenker no.1098/Menkes/per/vii/2018 tentang Pesyaratan Higiene sanitasi Rumah Makan dan Restoran, bahwa bakteri pathogen dalam makan harus nol (0) per gram. Sesuai dengan peraturan tersebut, maka es tidak memenuhi standar karena menganudng bakteri Enterobacter aerogenes. Berdasarkan peraturan BPOM nomor 16 tahun 2016 tentang Kriteria Mikrobiologi dalam Pangan Olahan. Jenis pangan berbahan baku berbasis buah, (untuk E.coli <3 APM/g, Salmonella harus negatif). Jenis pangan sirup buah dengan standar E.coli <3 APM/ml, Janis pangan susu pasteurisasi dengan standar Enterobacteriaceae minimal <1 APM/ml dan maksimal 5 APM/ml, negative Salmonella. Berdasarkan peraturan tersebut, meskipun tidak diketahui jumlah bakteri yang terdapat pada es teler, tetapi jika dikonsumsi terus menurus maka akan memberikan dampak bagi kesehatan



5.2 Saran

Gunakan peralatan steril dengan hati-hati, perhatikan prosedur kerja saat memindahkan sampel dari media sebelumnya.











DAFTAR PUSTAKA



Inayah, dkk. 2018. Modul Praktikum PMM – A Prodi D.IV. Makassar

Peraturan Kepala BPOM BPOM nomor 16 tahun 2016 tentang Kriteria Mikrobiologi dalam Pangan Olahan.






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Leishmania sp.